Fenomena #KaburAjaDulu: Antara Pelarian dan Strategi Generasi Muda Indonesia

15 Sep 2025 | QIA Solution

Fenomena #KaburAjaDulu: Antara Pelarian dan Strategi Generasi Muda Indonesia

“Fenomena #KaburAjaDulu yang sempat viral di media sosial mencerminkan keresahan generasi muda Indonesia terhadap kondisi sosial-ekonomi. Aliansi Ekonom Indonesia mengungkapkan tingkat pengangguran usia (15–24 tahun) mencapai 15%, jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Kondisi ini turut memengaruhi narasi anak muda yang melihat ‘kabur’ ke luar negeri sebagai peluang memperbaiki nasib.Data Sakernas 2018-2024, sebanyak 80% atau sekitar 14 juta lapangan kerja baru tercipta dari sektor berbasis rumah tangga dengan upah di bawah rata-rata tanpa jaminan sosial. Sementara itu, Trading Economics pada Kamis (14/8/2025) melaporkan, tingkat pengangguran nasional sebesar 4,76% pada Maret 2025, atau setara dengan lebih dari 7 juta orang. Meski demikian, jumlah presentasi tersebut turun 0,15% dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,91%. 

Namun, penurunan tersebut belum cukup untuk menggeser posisi Indonesia dari peringkat pertama sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di Asia Tenggara.

 

Kabur: Antara Pelarian dan Perjuangan

Bagi banyak anak muda, ide untuk “kabur” ke luar negeri sering kali terdengar menyenangkan. Siapa yang tidak tergoda dengan bayangan gaji dolar, kualitas hidup lebih baik, dan kesempatan meniti karier global? Namun, kenyataan tidak selalu seindah ekspektasi. 

  1. Persaingan Global
    Bekerja di luar negeri berarti harus siap bersaing bukan hanya dengan tenaga lokal, tapi juga dengan pekerja dari seluruh dunia. Standar profesional yang dituntut sering kali jauh lebih tinggi.
  2. Adaptasi Budaya dan Bahasa
    Tidak sedikit pekerja migran yang akhirnya merasa terasing karena kesulitan menyesuaikan diri dengan budaya kerja, gaya hidup, atau bahkan bahasa di negara tujuan.
  3. Legalitas dan Administrasi
    Visa, izin kerja, hingga pengakuan kompetensi menjadi tantangan tersendiri. Tanpa dokumen resmi yang sah, peluang bisa hilang begitu saja.

Artinya, “kabur” tidak sesederhana meninggalkan semua masalah di belakang. Ia justru membuka bab baru dengan tantangan yang lebih kompleks.

 

Sukses Setelah “Kabur”

Meski penuh risiko, banyak anak muda Indonesia yang berhasil ketika berani keluar dari zona nyaman mereka

.

•    William Tanuwijaya – Dari Daerah ke Global Startup Scene

William, pendiri Tokopedia, memang tidak “kabur” ke luar negeri. Tetapi semangatnya relevan dengan #KaburAjaDulu. Ia merantau dari Pematang Siantar ke Jakarta dengan kondisi keuangan terbatas, bahkan harus kuliah sambil bekerja shift malam di warnet. Tekad untuk melangkah keluar dari zona nyaman membuatnya berhasil mendirikan salah satu unicorn terbesar di Indonesia.

William membuktikan bahwa “kabur” tidak selalu harus ke luar negeri. Kadang, merantau ke kota besar dan keluar dari lingkungan lama sudah cukup untuk membuka peluang baru.

 

•    Jerome Polin – Menembus Dunia Lewat Pendidikan dan Kreativitas

Jerome Polin Sijabat adalah sosok anak muda Indonesia yang sukses di Jepang lewat kerja kerasnya. Setelah sempat gagal meraih beasiswa ke Amerika, ia akhirnya berhasil kuliah di Waseda University, Jepang dengan beasiswa penuh jurusan Matematika Terapan.

Di tengah perjuangan akademiknya, Jerome mulai dikenal lewat channel YouTube Nihongo Mantappu, yang memadukan hiburan dan edukasi tentang kehidupan mahasiswa di luar negeri. Popularitasnya terus meningkat, hingga ia merambah ke dunia bisnis dengan mendirikan Menantea, brand minuman teh yang digemari anak muda.

Dengan perannya sebagai mahasiswa berprestasi, content creator inspiratif, dan pengusaha muda, Jerome kini menjadi role model generasi muda Indonesia membuktikan bahwa merantau keluar dari zona nyaman bisa berbuah kesuksesan bila disertai tekad dan kerja keras.

 

•    Liza Puspita Yanti – Dari Riau ke Lima Kampus Luar Negeri

Liza berasal dari Universitas Islam Riau, dengan latar belakang keluarga sederhana. Perjalanannya penuh rintangan: keterbatasan informasi, biaya, dan persiapan panjang membuat mimpinya kuliah di luar negeri terasa mustahil. Namun, semangatnya untuk terus belajar dan mengasah kemampuan membuat Liza akhirnya berhasil lolos beasiswa LPDP dan diterima di lima kampus luar negeri sekaligus.

Kisah Liza menunjukkan bahwa “kabur” bisa berarti berani membuka jalan baru, meski berasal dari daerah dan universitas yang jarang terdengar di kancah internasional.

 

•    Arian Agung Prasetiyawan – Anak Penjual Nasi Pecel ke Australia

Arian tumbuh di Ngawi dari keluarga sederhana, orang tuanya hanya berjualan nasi pecel di warung kecil. Sejak SMA ia sudah sadar bahwa untuk bisa maju, ia harus “kabur” dari keterbatasan ekonomi keluarganya. Dengan kegigihan belajar dan tekad besar, Arian berhasil meraih beasiswa LPDP untuk S2 di Monash University, Australia.

Perjalanannya membuktikan bahwa latar belakang keluarga bukan penghalang untuk melangkah ke panggung dunia, asal ada usaha, doa, dan keberanian untuk mencoba.

 

Dari Viral Jadi Refleksi

Fenomena #KaburAjaDulu pada akhirnya tidak bisa dilihat hanya dari sisi lucunya saja. Tagar ini adalah refleksi dari keresahan sekaligus keberanian. Ia memperlihatkan bahwa generasi muda Indonesia tidak takut bermimpi besar, meski caranya kadang terdengar ekstrem.

Namun, ada hal penting yang perlu diingat: kabur tanpa arah hanya akan berakhir dengan kebingungan baru. Kisah William, Jerome, Liza dan Arian memberi pelajaran bahwa kabur yang berhasil selalu disertai dengan strategi, kerja keras, dan kesiapan menghadapi realita.

 

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

  1. Kabur Harus Punya Tujuan
    Jangan sekadar ingin lari dari masalah. Tanyakan pada diri sendiri: apa yang sebenarnya ingin dicapai?
  2. Siapkan Bekal Kompetensi
    Bahasa asing, keterampilan profesional, atau bahkan mental yang tangguh adalah syarat wajib. Tanpa itu, peluang akan sulit diraih.
  3. Jangan Takut Gagal
    Baik William maupun Jerome mengalami banyak kesulitan di awal. Tapi justru kegagalan itu yang membentuk mereka jadi lebih kuat.

 

Kesimpulan

Tagar #KaburAjaDulu bukan hanya sekadar tagar viral, tetapi refleksi nyata dari kondisi struktural dan aspirasi generasi muda Indonesia. Tantangannya adalah bagaimana menjadikan ‘kabur’ bukan sekadar lari dari masalah, melainkan strategi terarah untuk membangun masa depan. Selama ada tujuan yang jelas, persiapan matang, dan tekad kuat, “kabur” bisa berubah menjadi langkah penting menuju kesuksesan. Seperti kata pepatah, kadang kita harus pergi jauh untuk benar-benar menemukan diri sendiri.

 

Referensi 

  • Pengangguran anak muda RI capai 15%, tiga kali lipat dari usia dewasa. (n.d.). MSN Indonesia.
    https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/pengangguran-anak-muda-ri-capai-15-tiga-kali-lipat-dari-usia-dewasa/ar-AA1MdTb2#:~:text.
  • In Indonesia, A Factory Worker's Son Builds $7 Billion Startup — NDTV
    https://www.ndtv.com/world-news/in-indonesia-william-tanuwijaya-a-factory-workers-son-builds-7-billion-startup-tokopedia-1951378?
  • Jerome Polin: Sosok Opinion Leader Inspiratif yang Mengubah Pendidikan Jadi Hiburan dan Motivasi Generasi Muda — Kompasiana
    https://www.kompasiana.com/shelynsihotang2535/6818257834777c6eb717a962/jerome-polin-sosok-opinion-leader-inspiratif-yang-mengubah-pendidikan-jadi-hiburan-dan-motivasi-generasi-muda? 
  • Times Indonesia. (2024, 6 Juni). Kisah inspiratif, anak penjual nasi pecel asal Ngawi raih beasiswa LPDP S2 di Australia.
    https://timesindonesia.co.id/pendidikan/498188/kisah-inspiratif-anak-penjual-nasi-pecel-asal-ngawi-raih-beasiswa-lpdp-s2-di-australia
  • Kompas.com. (2024, 4 Februari). Cerita Liza, lolos 5 kampus luar negeri pakai beasiswa LPDP. Kompas.com.
    https://www.kompas.com/edu/read/2024/02/04/064300171/cerita-liza-lolos-5-kampus-luar-negeri-pakai-beasiswa-lpdp